Car Clutch : Memperpanjang Umur Kopling Mobil


SELAIN rem, ban, ada bagian penting lainnya dari mobil yang perlu diperhatikan, yakni kopling. Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan melepaskan putaran mesin dengan transmisi. Untuk memperpanjang usia kopling, perlu diketahui cara-caranya agar penggunaan kopling dilakukan secara benar.
Beberapa bagian dari kopling di antaranya komponen pelat kopling (clutch disc), matahari (cover clutch), release bearing, dan pilot bearing. Bagian yang paling sering mengalami kerusakan adalah pelat kopling atau clutch disc. Karena fungsinya yang sangat vital maka penting sekali untuk dirawat dan dijaga dengan baik.
Berikut ini beberapa cara agar kondisi kopling tetap prima dan berumur panjang, yakni:
Pertama, pada saat berada di tanjakan, sebaiknya kopling jangan diinjak setengah. Kondisi seperti itu akan mengakibatkan pelat kopling menjadi cepat aus. Lebih baik menggunakan rem tangan dan transmisi dinetralkan, jika ada hambatan di jalan menanjak.
Kedua, usahakan jangan menginjak pedal kopling terlalu lama. Ini untuk menghindari gesekan pelat kopling dengan tutup kopling dan roda penerus. Jika dibiarkan, pelat kopling akan mengalami panas sehingga kemungkinan akan cepat aus dan rusak.
Ketiga, minyak kopling. Jika terjadi gangguan pada minyak kopling, pedalnya diinjak, bisa blong.
Ini bisa menyebabkan tidak berfungsinya perpindahan gigi transmisi. Akibatnya mobil tidak bisa dijalankan.
Keempat, sebaiknya hindari jalanan yang berlumpur, karena ketika terjadi selip akan menyebabkan pelat kopling cepat aus.
Kelima, jika dalam keadaan lampu merah lebih baik transmisi dinetralkan.
Keenam, hindarilah menginjak pedal kopling terlalu kasar. Begitu juga saat melepaskannya. Bila dilakukan dengan cara yang kasar, maka sentuhan pelat kopling akan terasa lebih keras. Ini akan mempercepat keausan.
Ketujuh, perhatikan apakah minyak koplingnya selalu full? Jika terlihat kurang, periksa kemungkinan adanya kebocoran. Standar pemakaian minyak kopling biasanya sekira 20.000 km. Bila terjadi kebocoran kemungkinan ada pada karet master kopling atas dan karet release silinder kopling bawah yang pecah.




Terakhir, perhatikan pula pemasangan pedal kopling. Idealnya penyetelan pedal kopling harus ada gerak bebas. Untuk gerak bebas, pedal atas pada model hidrolik 5 sampai 15 mm. Untuk mo-del mekanik, gerak bebas pedal atasnya 15 sampai 25 mm. Khusus bagian bawah antara 4,5 sampai 5,5 mm. Bila tidak ada gerak bebas, maka cover clutch akan terus tertekan sehingga pelat kopling akan tetap bersentuhan. (tadinur/otf.)***



  • READ MORE.......



  • for more details and updates about automotive-technology, please visit.........
    www.automotive-technology-guide.blogspot.com

    Brake Oil : Jangan Anggap Sepele Minyak Rem


    SISTEM pengereman pada kendaraan bermotor jelas tidak mengenal mobil mewah maupun standar, mobil antik maupun keluaran mutakhir. Pokoknya, ketika dipacu pada kecepatan tinggi ataupun saat berjalan pelan, kendaraan harus bisa berhenti karena memang harus berhenti atau karena ada suatu rintangan yang mendadak muncul di depan kendaraan.
    APABILA menyinggung sistem pengereman, selain sejumlah perangkat yang sudah melekat dengan kendaraan semisal menggunakan sistem kampas rem dengan tromol ataupun menggunakan cakram (disk brake), tetap saja minyak rem (brake fluid) merupakan andalan yang harus mendapat perhatian, terutama berkaitan dengan daya cengkeram saat dilakukan pengereman.
    Kehadiran mobil-mobil impor atau mobil dengan teknologi mesin mutakhir yang bertenaga besar belakangan ini semakin mempertegas kepada para pemilik atau pengendara kendaraan bermotor untuk memahami lebih rinci apa yang dinamakan dengan minyak rem itu. Peringatan ini penting agar jangan sampai, tiba-tiba saat menginjak pedal rem, mobil terus bergerak enggan segera berhenti.
    Bukan apa-apa, terutama mobil impor, dengan kemampuan tenaga mesin yang besar, jelas membutuhkan sistem pengereman yang lebih memadai dan lebih andal. Apalagi mobil yang sudah menggunakan sistem antilock brake system (ABS). Ini sangat erat berkaitan dengan jenis minyak rem yang digunakan, yang tentunya berbeda dengan minyak rem yang digunakan berbagai kendaraan standar bermesin kecil yang kebanyakan lalu lalang di jalan raya negeri ini.
    "Biasanya mobil dengan sistem ABS menggunakan jenis minyak rem dengan DOT lebih tinggi," ujar Soelistyo Wibowo, mekanik yang selama ini menangani mobil-mobil Suzuki keluaran PT Indomobil Niaga Internasional. DOT alias departement of transportation merupakan klasifikasi pada minyak rem yang jelas tidak bisa diabaikan begitu saja.
    DOT menjadi kian penting karena mobil mutakhir sekarang ini tidak saja menggunakan sistem ABS, tetapi sudah dilengkapi electronic brake-force distribution (EBD) yang secara elektronik membantu pendistribusian minyak rem ke setiap roda sehingga memperoleh sistem pengereman yang setara. Hal ini mencegah mobil melintir saat mengerem.

    Klasifikasi DOT memperlihatkan semakin berkualitasnya minyak rem yang ada, yang berarti juga kemampuannya dalam efektivitas pengereman kendaraan. "Mobil-mobil dengan tenaga mesin besar jelas membutuhkan minyak rem dengan klasifikasi DOT yang lebih tinggi karena mampu bertahan hingga titik didih yang sangat tinggi yang terjadi saat pengereman," ujar Rachmad Basuki, manajer perencanaan produk pada PT Toyota Astra Motor.
    Minyak rem yang berbahan dasar kimia glikol eter mampu mencapai titik didih hingga 250 derajat Celsius. "Karena pada saat pengereman ketika mobil dalam kecepatan yang tinggi, suhu pada tromol, kampas rem, serta minyak rem bisa mencapai suhu yang sangat tinggi. Pokoknya pada malam hari kampas rem bisa terlihat merah membara," ujar Rachmad Basuki yang ditemui saat peluncuran Toyota Avanza awal tahun ini.
    KLASIFIKASI minyak rem yang lazim ditemui di pasaran adalah DOT 3. Mobil-mobil standar, semisal mobil keluaran Jepang, umumnya menggunakan minyak rem klasifikasi DOT 3 ini. Adapun mobil-mobil mutakhir dengan teknologi mesin yang hebat dengan output tenaga yang luar biasa membutuhkan klasifikasi DOT yang lebih tinggi, semisal DOT 4 atau DOT 5.
    Mobil-mobil keluaran Eropa atau Amerika Serikat (AS), misalnya, kebanyakan sudah menggunakan DOT 4. Tidak bisa disangkal, mobil dengan penggunaan minyak rem jenis DOT 4 akan terasa lebih ringan dalam pengereman. Daya cengkeramannya juga lebih efektif. Demikian pula dengan minyak rem DOT 5 atau lebih tinggi lagi.
    Konon, mobil balap Formula I yang dikenal dengan jet darat itu menggunakan minyak rem dengan klasifikasi DOT 6 atau 7. Dengan demikian, ketika Michael Schumacher dengan mobil Ferrari-nya, ia bisa langsung mengurangi laju mobilnya yang sedang dipacu dalam kecepatan mendekati 300 kilometer per jam. Minyak rem tetap bisa berfungsi menahan laju Formula I sekalipun titik didih yang dicapai saat itu sangat tinggi, maklum kecepatan yang mendekati 300 kilometer per jam.
    Pertanyaan yang mengusik, apakah mobil dengan minyak rem jenis DOT 3 bisa diganti dengan minyak rem DOT 4





    atau lebih biar efektivitas pengereman semakin tinggi? Atau sebaliknya, mobil yang menggunakan jenis minyak rem DOT 4 sebagaimana digunakan mobil- mobil mutakhir keluaran Eropa atau AS bisa begitu saja diganti dengan minyak rem jenis DOT 3?
    "Sebaiknya tetap menggunakan jenis minyak rem yang dianjurkan pabrik," ujar Soelistyo Wibowo seraya mengaku belum tahu apa pengaruhnya seandainya menggantikan jenis minyak rem dari DOT 3 ke DOT 4 atau sebaliknya. "Yang jelas, anjuran pabrik menggunakan minyak rem jenis DOT 3 karena sudah disesuaikan dengan berbagai perangkat sistem pengereman, seperti pipa-pipa ataupun karet pada master rem," katanya.
    Suatu yang pasti, minyak rem jenis DOT 3 memiliki titik didih dan viskositas (kekentalan) pada suhu tinggi maupun rendah yang berbeda dengan minyak rem jenis DOT 4. Perbedaan ini juga yang mempengaruhi kemampuan minyak rem dalam melindungi komponen rem dari karat. Senyawa kimia dalam minyak rem, seperti antioksida dan antibusa, berguna melindungi karet atau sil agar berdaya tahan lama. Bahkan, senyawa ini juga bisa menekan adanya gelembung udara dalam pipa ataupun master rem yang bisa berakibat rem blong.
    Jika demikian, tentu saja keinginan pemilik atau pengendara mobil menggantikan minyak rem dari DOT 3 ke DOT 4 agar rem semakin pakem sebenarnya keliru. Yang mungkin terjadi, penggunaan DOT 4 dengan senyawa kimia yang lebih berkualitas bisa menyebabkan pipa saluran minyak rem pecah karena kemampuan titik didih yang tinggi dan tekanan yang muncul jelas lebih tinggi dibandingkan dengan minyak rem DOT 3. Dengan demikian, berarti juga rem akan blong.
    Begitu pula ditabukan jika menggunakan minyak rem jenis DOT 4 lantas hendak diganti dengan minyak rem DOT 3. Yang terjadi adalah efektivitas pengereman menjadi berkurang karena daya dorong dan titik didih yang lebih rendah. Padahal, mobil-mobil dengan minyak rem DOT 4 adalah mobil-mobil dengan kemampuan tenaga mesin yang besar sehingga membutuhkan efektivitas pengereman yang lebih memadai. Belum lagi tuntutan teknologi mutakhir dalam sistem pengereman, seperti ABS dan EBD.
    Singkat cerita, acapkali pemilik mobil, terutama dari kalangan atas, mempercayakan perawatan kendaraannya termasuk dalam minyak rem kepada bengkel resmi. Dengan demikian, jaminan minyak rem yang akan digunakan tetap sesuai dengan anjuran pabrik. Hanya saja, tidak jarang ada oknum, entah sopir atau pekerja bengkel, yang nakal. Maklum, minyak rem jenis DOT 4 atau jenis DOT yang lebih tinggi jarang ditemui dan harganya lebih mahal pula. Jadi, hal itu perlu diwaspadai. (Pieter P Gero)







  • READ MORE.......



  • for more details and updates about automotive-technology, please visit.........
    www.automotive-technology-guide.blogspot.com

    tire : Info Si Karet Bundar


    Jika Anda pemilik kendaraan, entah itu kendaraan roda dua, tiga, empat ataupun lebih dari empat, info Roda pada Senin (24/03) tentu bemanfaat. Sebab info seputar Si Karet Bundar yang lazim dikenal dengan nama Ban, dikupas habis. Ada beberapa tips yang hadir mengenai cara untuk merawat Ban agar
    tetap nyaman dan juga tahan lama. Tips tersebut adalah :
    1. Ukuran ban dan corak telapak ban harus sesuai. Minimal pada satu as memiliki merek serta ciri khas yang sama.
    2. Gunakanlah Ban dengan kontruksi yang sama (misal : dari bahan Polyester atau baja).
    3. Ban Tubles harus dipasang pada pelek yang khusus untuk ban tubles. Begitu pula sebaliknya. Karena jenis ban yang menggunakan ban dalam tetapi menggunakan pelek tubeles, akan mengakibatkan berkurangnya tekanan angin. Sementara apabila Anda memilih untuk menggunakan ban jenis tubles, jangan memaksa untuk menggunakan ban dalam. Sebab pada kecepatan tinggi panas udara dalam ban akan cepat naik dan efeknya Si karet bundar setiap saat mudah meledak.
    4. Pemasangan ban dalam harus disesuaikan dengan jenisnya dengan ban luar. Dan apabila memungkinkan gunakan ban dalam yang semerek dengan ban luar.
    5. Perhatikan pula kondisi Ban yang Anda gunakan pada kendaraan Anda.
    Caranya untuk dapat mengenali kondisi si Karet bundar begitu mudah. Kenali Si Karet Bundar dengan melihat petunjuk TWI (Thread Wear Indocator). Jadikan angka ukuran pada TWI sebagai patokan. Sesudahnya, coba Anda ukur dengan penggaris ketebalan alur ban dari dasar alur. Jika kurang dari 2 mm sebaiknya Anda segera ganti ban Anda dengan yang baru.
    Tips diatas, tentunya bermanfaat bagi Anda. Namun tentu ada diantara Anda yang kurang begitu memahami karakteristik ban yang di jual di pasaran. Amat mudah untuk mengenali jenis ban yang Anda gunakan. Coba Anda perhatikan sisi ban. Pada setiap jenis ban akan tertulis sejumlah angkat atau huruf yang sebenarnya telah menjelaskan secara mendetil karakteristik ban. Misalnya, pada sebuah ban tertulis 195/65R15 92H.
    Apa yang tertera di samping ban dapat dikategorikan sebagai berikut :
    1. Angka 195 merupakan petunjuk lebar penampang ban. Semakin besar ukuran penampang ban, semakin besar pula telapak ban.
    2. Angka 65 R merupakan petunjuk mengenai ketinggian ban diukur mulai dari pelek hingga penampang ban yang menempel pada jalan. Semakin besar angkanya maka semakin tebal pula dinding ban jika dilihat dari samping luar (jika diukur dari pelek).
    3. Angka 92 H menunjukkan kecepatan minimum dan juga maksimum ban. Semakin besar tingkatakn angka yang ditunjukan maka semakin besar pula kekuatan ban terhadap kecepatan tertentu.
    Untuk angka terakhir yang disebutkan ada sedikit penjelasannya. Dalam dunia Si Karet Bundar, pihak produsen biasa mencantumkan kode standarisasi kecepatan ban. Ada beberapa klasifikasi kecepatan yang dicantumkan pada setiap jenis ban, klasifikasi tersebut adalah :
    1. TR Ban jenis ini mampu digunakan untuk kecepatan kendaraan sekitar 100 Km/jam.
    2. HR Ban jenis ini mampu digunakan untuk kendaraan yang melaju dengan kecepatan 210 Km/jam.
    3. VR Ban jenis ini dapat digunakan pada kendaraan yang mampu melaju pada kecepatan 260 km/jam



    4. ZR kode tersebut menunjukkan bahwa ban jenis ini mampu digunakan pada kendaraan yang mampu melaju pada keceparan 340 km/jam.
    Mana kode ban yang kiranya sesuai dengan jenis kendaraan yang Anda miliki, silakan Anda sesuaikan. Hanya saja, Anda perhatikan pula perawatan ban yang Anda gunakan seperti apa yang dituliskan diatas. Sebab salah-salah ban yang Anda gunakan justru menjadi bumerang dan berakibat kurang baik.Sebagai infomasi tambahan, bagi Anda yang suka bepergian tak ada salahnya jika Si Karet Bundar diberi sedikit cairan penambal.
    Dengan cairan tersebut, maka dijamin Si Karet Bundar akan aman-aman saja. Sebab fungsi cairan penambal tersebut yakni merekatkan kembali bagian ban yang tertusuk benda tajam. Bahkan adad sejumlah bengkel mengatakan bahwa untuk jenis paku dengan panjang 10 mm yang menusuk pada ban dapat tertahan. Oh ya, jika Anda merasa takut cairan tersebut akan merusak bagian dalam ban, Anda tak perlu khawatir.
    Justru cairan tersebut melindungi bagian dalam ban sekaligus melindugi pelek Anda dari goresan. Cara membersihkannya pun terbilang mudah, Anda tinggal semprotkan air pada bagian dalam ban, ataupun mengelap bagian dalam pelek dengan lap kering. Mudah bukan ? Nah informasi yang dikupas habis mengenai dunia seputar Si Karet Bundar diatas kami harap dapat bermanfaat bagi Anda. Karena maklum, dalam kondisi yang kurang menentu seperti sekarang tips dan trik berguna jenis apapun pastinya ingin Anda dapatkan. Terutama bagaimana caranya untuk dapat mempetahankan keawetan ban. Bukan begitu bukan ?...
    fr.indosiar.com




  • READ MORE.......



  • for more details and updates about automotive-technology, please visit.........
    www.automotive-technology-guide.blogspot.com

    TIPS Mendiagnosa Kopling yang Selip


    Pernahkah gigi transmisi manual mobil Anda seperti sulit untuk berpindah? dan berbunyi saat memindahkan gigi? Padahal, pedal kopling sudah diinjak dengan baik. Perpindahan tuas persneling ke gigi 2 rasanya hanya seperti menggunakan gigi 1, misalnya. Jika demikian, mungkin kopling mobil Anda mengalami selip.

    Kopling selip biasanya terjadi jika sebuah mobil sudah digunakan selama tujuh tahun (dengan penggunaan sesering mungkin). Perpindahan gigi yang tidak mendapat respon, dan timbul bunyi saat memindahlan gigi hanyalah dua contoh dari sekian gejala yang ada. Masih banyak gejala-gejala lain yang dapat menunjukkan bahwa kopling sebuah mobil sedang mengalami selip. Berikut tahapan-tahapan mendiagnosa kopling yang selip:

    Sadari, apakah Anda cukup sering memindahkan transmisi ke gigi rendah saat melalui jalur yang menanjak. Jika Anda kurang menyadari hal itu, cobakanlah diagnosa kopling selip ini pada jalan-jalan menanjak yang cukup sepi. Sebisa mungkin pemilihan jalur menanjak yang sepi dilakukan agar Anda tidak menimbulkan kemacetan bagi pengendara lain.

    Sadari, apakah mesin berbunyi agak tidak lazim saat Anda melakukan akselerasi atau saat memulai start. Bunyi tidak lazim ini menyerupai bunyi benda yang sedang berputar cukup keras.

    Sadari, apakah pedal kopling mulai mengendur (los), terutama ketika pedal kopling sudah tidak bisa lagi disetel atau disesuaikan ulang.

    Sadari, apakah pedal mulai mengeras atau mengencang dan butuh tenaga lebih untuk menginjaknya. Apabila memungkinkan, setel ulang pedal kopling tersebut. Lakukan prosedur itu jika Anda sudah merasakan kekenduran pijakan sejauh 1,5 inci. Jika dilihat dari segi finansial ataupun keekonomisan waktu, penyetelan ulang pedal kopling lebih murah dan lebih cepat pengerjaannya. Namun, penggunaan kopling baru jelas lebih terjamin dan membuat Anda tidak perlu khawatir.

    Cobalah prosedur diagnosa berikut ini: Aktifkan rem tangan, nyalakan mesin, dan pijak pedal kopling



    dan atur transmisi ke gigi 4. Secara perlahan, cobalah lepas pijakan pedal kopling (pedal gas tetap dipijak). Jika dengan cara ini tidak terdapat respon atau mobil tidak bergerak sama sekali, itu berarti pedal kopling sudah harus diganti.

    Sekian tahapan di atas selayaknya Anda coba. Sebagai catatan, jangan lupa untuk mengecek rem tangan. Pastikan perangkat penghenti laju itu dapat berfungsi dengan sempurna. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat pedal kopling yang selip terkadang dapat membuat mobil mundur (saat menanjak) atau maju dengan sendirinya. Dalam kondisi seperti ini, tantu rem tangan sangatlah berguna. Selamat mencoba. (dim)

    (bid/berbagai sumber)


  • READ MORE.......



  • for more details and updates about automotive-technology, please visit.........
    www.automotive-technology-guide.blogspot.com

    Bila Rem Berdenyit


    Menjelang musim kemarau, maka hujan pun turun tak menentu. Hasilnya mobil dapat dalam sekejab kuyup dan selekas itu pula kering. Dan rem pun kadang berdenyit kala diaktifkan pada dua kondisi tersebut.

    Kebanyakan konsumen sangat merisaukan munculnya bunyi tersebut. Namun sebetulnya tak semua bunyi itu berarti telah terjadi kerusakan rem mobil bersangkutan.
    Bunyi rem bisa muncul karena jenis kanvasnya.

    Betapapun demikian terdapat bunyi yang menandakan rem mobil bersangkutan perlu mendapat perawatan atau bahkan penggantian. Berikut sejumlah penyebab bunyi rem yang dapat digunakan sebagai patokan. Juga perlunya diketahui untung ruginya bila Anda menggunakan produk asli atau tiruan yang memang umumnya dijual dengan harga lebih murah..

    Bunyi yang terbilang normal
    Dinyatakan berdenyit normal bila bunyi hanya muncul kala rem diinjak secara perlahan. Namun justru tak mengeluarkan bunyi apapun bila rem ditekan mendadak.

    Bunyi yang terbilang normal ini muncul, umumnya karena pad rem yang kini banyak diperdagangkan adalah jenis semi-metalic. Dan biasanya ini digunakan untuk mobil berpenggerak roda depan (front wheel drive) dan minivan.

    Bunyi yang mencurigakan
    Berdenyitnya bunyi rem yang terjadi pada setiap kali komponen ini diaktifkan. Umumnya bunyi tersebut disertai getaran pada pedal bila pengemudi menginjak rem.

    Bila ini yang terjadi disarankan segera membawanya ke bengkel. Kerusakan yang menimbulkan gejala seperti ini bisa terjadi pada bagian kanvas, rotor maupun kaliper. Biasanya penggantian komponen harus disertai servis rem pada bagian lainnya.

    Ganti dengan komponen original
    Disarankan untuk mengganti kanvas dan pad rem asli untuk mobil Anda. Kanvas rem dan break pad yang berkualitas unggul justru bukan berbahan amat keras. Namun juga tak terlalu lunak. Komponen ini sangaja dibuat agak lunak supaya proses pengereman berjalan maksimal dengan kanvas atau pad yang dirancang lebih cepat habis.

    Pada produk yang berkualitas kurang baik, terdiri dari bahan yang amat keras, sehingga akan menjadikan tromol (drum) atau piringan (dish) rem mudah tergores. Kerusakan demikian akan membuat kerja rangkaian rem tak maksimal.

    Hindari mereparasi tromol dan piringan
    Kebanyakan bengkel menyarankan untuk kembali membubut (meratakan) tromol atau piringan rem mobil jika terjadi cekungan atau goresan. Secara teori ini bisa saja berjalan seakan normal. Apalagi bila pembubutan hanya merupakan upaya sedikit meratakan cekungan atau goresan pada komponen ini.




    Namun sebetulnya kegiatan ini menjadikan tromol maupun piringan rem mudah rapuh usai menjalani pembubutan itu. Sebab proses perataan tersebut memerlukan pula pemanasan tinggi yang berakibat komponen justru menjadi rapuh.

    Hasil pembubutan atau perataan permukaan yang terlalu banyak memakan 'daging' komponen tersebut bisa pula membuat tromol atau piringan pecah saat diaktifkan pada kesempatan berikutnya.

    Kegiatan ini hanya direkomendasikan untuk keadaan darurat. Segera gantikan tromol atau piringan rem dengan produk baru pada kesempatan selanjutnya.
    n bid/berbagai sumber





  • READ MORE.......



  • for more details and updates about automotive-technology, please visit.........
    www.automotive-technology-guide.blogspot.com

     
     
     

    Total Tayangan Halaman