PEMILIK mobil di kota-kota besar nan sibuk tidak punya waktu lagi membuka ruang mesin untuk memeriksa keberadaan oli mesin mobil, baik dari aspek volume maupun kekentalannya (viskositas). Kehadiran oli mesin, yang memungkinkan pergantian lebih dari jarak tempuh 10.000 kilometer, semakin membuat pemilik kendaraan tak peduli lagi akan keberadaan dan fungsi oli bagi mesin kendaraannya. Padahal, oli yang tak efektif lagi menjalankan fungsinya sebagai pelumas mesin bisa diidentifikasi dari belakang kemudi atau kabin kendaraan di mana pemilik berada. MEMBACA efektivitas oli mesin kendaraan ini penting berkaitan dengan dana. Oli yang sudah "loyo" jelas akan memperpendek usia mesin. Ini jelas berkaitan dengan investasi yang lebih besar untuk perbaikan mesin ataupun mengganti mobil baru. Padahal, mobil yang ada ini tidak sedikit harganya. Dan semakin membuat sakit hati apabila kreditnya belum rampung pula.
Sebenarnya tidak terlalu sulit dalam membaca kinerja oli mesin yang daya pelumasannya sudah tak lagi efektif. Semuanya bisa dirasa, didengar, atau dilihat langsung, apalagi jika sedang berada di belakang kemudi mobil yang sedang digunakan. Mobil-mobil mutakhir memang memberikan indikator tekanan oli yang berada di dalam kabin pengemudi, namun semua itu tidak mutlak memperlihatkan efektivitas pelumas.
Berbunyi nyaring
Oli mesin diketahui memiliki fungsi memperkecil gesekan atau keausan dari sejumlah komponen dalam mesin yang bekerja dan bergerak saat mesin hidup. Gesekan antarkomponen logam dalam mesin seperti katup/klep mesin, gir dalam mesin, akan semakin nyaring apabila pelumas tidak lagi efektif dalam fungsinya dalam memperkecil gesekan atau keausan.
"Jika suara komponen mesin lebih nyaring atau garing dibandingkan dengan sebelumnya, boleh jadi fungsi pelumasnya sudah tak lagi efektif. Apalagi jika suara tadi datang dari mobil dengan mesin yang masih menggunakan sistem multikatup," ujar Mico F Kaliki, Manajer Pemasaran PT Bahana Nusa Lubrindo yang menjajakan pelumas Agip asal Italia.
Tentunya, ujar Mico, suara garing atau nyaring ini bukan karena oli atau pelumas tidak sampai ke bagian klep/katup mesin akibat pompa pelumas yang tidak berfungsi baik. Pelumas tetap sampai ke ruang katup, namun tingkat kekentalan yang sudah rendah menyebabkan suara gesekan komponen logam dalam mesin menjadi lebih jelas, lebih nyaring.
Suatu hal yang juga harus pasti dan benar bahwa volume pelumas dalam mesin sudah sesuai. Juga pelumas yang dimasukkan ke rongga mesin sudah sesuai dengan jenis mesin semisal mesin bensin atau diesel, serta usia mesin. Karakteristik pelumas, yakni SAE (Society of Automotive Engineer) yang menentukan tingkat kekentalan (viskositas) pelumas dan API (American Petroleum Institute) yang menjadi petunjuk mutu pelumas, juga sudah tepat.
Pelumas untuk mesin diesel dari sisi petunjuk mutu (API) selalu didahului huruf C (commercial) semisal CD atau CF. Mesin bensin diawali huruf S (service station) semisal SG atau SJ. Dari sisi kekentalan, mesin lama jelas perlu membutuhkan pelumas dengan kekentalan tinggi seperti SAE 20 W-50, sedangkan mesin baru dengan kekentalan encer seperti SAE 5W-50 atau 10W-40. W berarti winter (musim dingin) di mana kekentalan mencapai angka 20 (20 W) dan di saat panas mencapai 50.
Apabila semua ketentuan teknis ini dilanggar, bisa saja suara mesin mobil semakin jaring. Misalnya, pelumas untuk mesin baru digunakan pada mesin lama, jelas tidak banyak berfungsi dalam memperkecil tingkat gesekan atau benturan komponen logam dalam mesin. Kekeliruan ini bisa terdeteksi pada pagi hari saat mesin dihidupkan, terdengar bunyi katup mesin yang nyaring akibat pelumas yang kurang berfungsi penuh dalam memperkecil gesekan.
Jika fungsi mengurangi gesekan ini berkurang, pemilik mobil atau sopir bisa melihatnya dari temperatur mesin yang lebih tinggi dari biasanya. Tentunya hal ini hanya akurat apabila sistem pendingin mesin (air di radiator penuh, kipas pendingin lancar, dan pompa air oke) berjalan normal. Jika demikian, besar kemungkinan pelumas dalam mesin kendaraan sudah tak efektif.
Pergesekan antarkomponen-komponen mesin yang kian besar jelas akan membuat temperatur mesin segera naik. Padahal, pelumas bertugas memperkecil gesekan tadi, dengan menyusup di antara celah-celah komponen mesin yang terus bergerak. Kehadiran pelumas di sana juga berfungsi mendinginkan komponen-komponen tadi.
"Jadi, jika panel indikator temperatur mesin lebih tinggi dari kondisi normal, sementara air pendingin oke, kipas pendingin radiator oke, dan sistem pendingin lainnya oke, maka bisa saja bahwa kinerja pelumas dalam rongga mesin tak lagi efektif," ujar Mico. Kalau sudah begini, sebaiknya pelumas segera diganti sekalipun jumlah jarak tempuh belum setengah dari permintaan untuk ganti pelumas berikutnya.
Akselerasi berkurang
Tidak efektifnya pelumas juga bisa dirasakan dari tarikan mesin yang terasa berkurang. Akselerasi mobil saat lampu hijau, atau saat meluncur di jalan bebas hambatan, terasa kurang mantap. "Pengemudilah yang paling merasakan kinerja mesin yang menurun akibat fungsi pelumas yang sudah sangat berkurang," ujar Mico.
Gesekan antarkomponen logam dalam mesin jelas semakin tersendat apabila pelumas tidak cukup banyak menyusup di antara komponen-komponen yang saling bergesekan itu. Secara akumulasi, gesekan yang tersendat ini berpengaruh terhadap tenaga atau akselerasi yang dihasilkan mesin mobil. Mobil teras berat saat dipacu. Selanjutnya bukan saja mesin yang berusia pendek, tetapi pemakaian bahan bakar juga boros.
Dalam kasus ini, tidak heran bahwa ada semacam kesepakatan tak tertulis bahwa mobil baru sebaiknya tidak dipacu kencang. Juga agar mesinnya tidak dipaksa untuk menarik beban muatan yang berat. Semua ini karena mesin pada mobil baru cenderung memiliki tingkat pergesekan antarkomponen logamnya sangat tinggi.
Kesepakatan ini belakangan bisa terhapuskan atau mulai sirna karena mulai bermunculan berbagai merek pelumas dengan tingkat kekentalan yang encer khusus diciptakan untuk mesin mobil baru.
Pelumas yang encer (peringkat/grade SL atau SJ untuk mesin bensin dan CJ-4, CH-4, CG-4, atau CF-4 untuk mesin diesel) ini mampu menyusup dengan leluasa ke celah-celah mesin baru yang praktis masih sangat sempit.
Mengingat pentingnya keberadaan pelumas dalam mesin, sementara tingkat kesibukan yang tidak memberikan waktu dan ruang untuk membuka ruang mesin mobil, sebenarnya mendeteksi efektivitas pelumas dengan merasakan, mendengarkan, dan melihat dari balik kemudi sudah cukup akurat untuk segera ke bengkel menggantikan pelumas yang ada.
Mesin mobil rontok jelas membutuhkan dana jauh lebih besar ketimbang membeli 5 liter atau 4 liter pelumas mesin.
(Pieter P Gero)